Kalimat dibangun dari beberapa unsur, sehingga dari gabungan beberapa unsur tersebut akan dihasilkan suatu kalimat yang jelas dan mengandung arti. Unsur-unsur kalimat adalah :
• Subyek (S)
• Predikat (P)
• Objek (O)
• Keterangan (K)
• Pelengkap (Pel)
Subyek dan predikat merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat, obyek merupakan bagian kalimat yang berfungsi melengkapi predikat, dan pelengkap merupakan bagian kalimat yang memiliki kesamaan dengan obyek, sedangkan keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Kelima unsur ini tidak selalu bersama-sama ada dalam satu kalimat. Kadang-kadang satu kalimat hanya terdiri dari S – P, S – P - O, S - P- Ket, S – P – O – Ket.
1. Subyek (S)
Subyek merupakan sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan, dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan, dan untuk menentukan subyek dari suatu kalimat dapat digunakan kata tanya apa atau siapa di depan predikat.
2. Predikat (P)
Predikat merupakan bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri adalah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, predikat biasanya terjadi dari kata kerja atau kata keadaan. Untuk menentukan predikat dari suatu kalimat dapat digunakan kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?
3. Objek (O)
Kehadiran suatu objek di dalam suatu kalimat dituntut oleh predikat di dalam suatu kalimat aktif. Letak objek selalu setelah predikat. Objek dapat dikenali dengan memperhatikan jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri khas objek itu sendiri.
4. Keterangan (K)
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letak. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Beberapa macam keterangan yaitu: keterangan tempat, ditandai oleh: di, ke, dari, dalam, pada; keterangan waktu, ditandai oleh: sebelum, sesudah, selama, sepanjang; keterangan alat, ditandai oleh: dengan; keterangan tujuan, ditandai oleh: agar/supaya, untuk, bagi, demi; keterangan cara, ditandai oleh: dengan cara, secara, dengan jalan; keterangan penyerta, ditandai oleh: dengan, bersama, beserta; keterangan perbandingan, ditandai oleh: seperti, bagaikan, laksana; keterangan sebab, ditandai oleh: karena, sebab.
5. Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan yaitu bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat, sama- sama menempati posisi di belakang predikat, tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Contoh : Orang itu memberikan anaknya tas baru.
Unsur kalimat tas baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
Contoh Kalimat :
1. Mahasiswa itu (S) menulis (P).
2. Mahasiswa itu (S) menulis (P) buku (O).
3. Mahasiswa itu (S) menulis (P) buku (O) di kamar (ket.tempat).
4. Dosen (S) berdiskusi (P) di aula (Ket.tempat).
2.Perbedaan Diksi Karya Ilmiah,Populer,dan Non-Ilmiah
Perbedaan antara karya ilmiah (skripsi,
tesis, desertasi, dan lain-lain),karya populer,dan karya non-ilmiah (cerpen, karya karya fiksi, puisi) terletak pada bahasa penyampaian yang
digunakan. Karya tulis ilmiah ditampilkan dalam bahasa baku
dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. karya ilmiah populer ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes, serta dapat
dipahami masyarakat umum.Sementara karya non-ilmiah kita bebas menulisnya, dan tulisan tersebut bisa berdasar atas imajinasi
kita atau pikirab kita sendiri, dan tidak ada aturan baku dalam
penulisannya.
Dari segi topik bahasan,
tulisan ilmiah populer cenderung membahas permasalahan yang berkaitan
dengan masyarakat di sekitarnya Berbeda dengan karya tulis ilmiah
yang lebih sering berkutat dalam bidang ilmiah yang jauh dari jangkauan
masyarakat awam.
Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Bahan : Menyajikan fakta yang benar / objektif, dapat dibuktikan
2. Penyajian : Menggunakan bahasa yang cermat (formal dan konkret), sistematis (sesuai dengan langkah kerja).
1. Sikap Penulis : Jujur (tidak berlebih-lebihan atau mengurangi ssuatu); objektif (tidak mengejar keuntungan pribadi).
4. Penyimpulan : berdasarkan fakta dan tidak emotif.
Isi
( batang tubuh ) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode
ilmiah. Seperti yang diungkapkan oleh John Dewey, ada 5 langkah pokok
proses ilmiah.
1. Mengenali dan merumuskan masalah
2. Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis.
3. Merumuska hipotesis ( dugaan hasil sementara )
4. Menguji hipotesis
5. Menarik kesimpulan
Secara terperinci, ciri – ciri karya ilmiah populer diurutkan sebagai berikut.
1. Bahan : Menyajikan fakta objektif
2. Penyajian : Menggunakan bahasa yang cermat,tidak terlalu formal tapi tetap taat asas, disusun secara sistematis; tidak memuat hipotesis.
3. Sikap Penulis : Tidak
memancing pertanyaan – pertanyaan yang meragukan, mengimbau perasaan
pembaca agar seolah – olah mereka menghindari sendiri.
4. Penyimpulan : memberikan
fakta bebicara sendiri sekalipun didahului dengan membimbing dan
mendorong pembacanya untuk berpikir tentang aplikasi.
Kalau
kita rumuskan, pengertian karya imiah populer adalah karangan ilmiah
yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian
yang sederhana mengenai hal – hal kehidupan sehari – hari.
Sedangkan ciri-ciri dari karya non-ilmiah ialah :
- Non Teknis Konkrit :Informatif, bernada populer, imajinatif,dll
- .Teknis Umum :Informatif,umum, tidak untuk kepentingan pribadi,masalah
secara umum,tidak ada ajakan emosional,konkrit,dll - Abstrak normal :Informatif, umum, non teknis,Tidak untuk kepentinganpribadi, populer,dll.
- Spesifik Historis : spesifik,sumber sejarah, bahasa dan susunan formal,dll.
- Emotif : sedikit informasi, tidak sistematis,dll
- Persuasif : cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti,
bujukan untuk meyakinkan pembaca,dll - Deskriptif : Informasi sebagian imajinatif dan subyektif,pendapat
pribadi, nampaknya dapat dipercaya. - Kritik : Tanpa dukungan bukti :tidak memuat informasi spesifik,
berprasangka menguntungkan, formal,dll.
Syarat-syarat dalam kalimat efektif, yaitu :
-) Koherensi
Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara
unsur-unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kata itu. Setiap
bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan
tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih
erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang
kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan
disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat
hubungannya.
Hal-hal yang merusak koherensi :
a). Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
b). Kesalahan menggunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
c). Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata
yang maknanya tidak tumpang tidih, atau hakekatnya mengandung
kontradiksi.
d). Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah, telah., akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja tanggap.
-) Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik.
Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek dan predikat,
atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur subyek,
predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti
yang merupakan cirri keutuhan kalimat.-) Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam
pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak
diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata.
Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh
dihilangkan. Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:
1. Frase pada awal kalimat
Contoh : sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli bedah.
2. Pengurangan subyek kalimat
Contoh: – Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)) Keparalellan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
-) Penekanan
gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh
pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan
suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada
berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :
1. Posisi dalam kalimat
Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan
menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat
selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam
kalimat.Contoh : – Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak.
- Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah salah satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
2. Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau
peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar
urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun
secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting
atau dengan menggambarkan suatu proses.
Contoh : – Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.-) Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a). Cara memulai
1. Subyek pada awal kalimat.
Contoh: – Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.-
Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik)
-
Kata modal pada awal kalimat
Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.
Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.
Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.Contoh: – Sering mereka belajar bersama-sama.
b). Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau
efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak
menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang
seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung
beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan
antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga
keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.
c). Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya
dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita
berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua
yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi,
hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat
tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari
ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.
d). Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat
majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat
tulisan menjadi bervariasi.
e). Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah
ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk
menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil
wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.4.Ragam Bahasa
Sifat ragam bahasa adalah sebagai berikut :
1. Baku
Ragam bahasa ilmu harus mengnikuti
kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulisan menggunakan ejaan
yang baku yakni EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku,
menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau
sudah di bakukan.
Contoh :
Dikarenakan
kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek
pembangunan sarana telekomunikasi Indonesia bagian timur kita terpaksa
serahkan kepada pengusaha asing.(tidak baku)
Perbaikan :
Karena
kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan
sarana telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada
pengusaha asing. (baku)
2. Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.
Contoh :
Sampe saat ini masyarakat desa Bojong Soang belum memperoleh yang memadai. (tidak lugas)
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna ganda, yaitu informasi atau listrik.
Perbailkan :
Sampai saat ini masyarakat desa Bojong soang belum memperoleh informasi yang memadai
Atau
Sampe saat ini masyarakat desa Bojong soang belum memperoleh listrik yang memadai.
3. Berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaanRagam bahasa ilmu lebih bersifa ttenang, jelas, tidak berlebih-lebihan ata uhemat, dan tidak emosional.
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat
dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya,
sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan
belajar akan mengalami gangguan. (tidakefisien).
Perbaikan:
Sebaiknyaletakkampustidakberdekatandengantempat-tempatyang ramaisupayakegiatanbelajartidakterganggu. (efisien)
Sebaiknyaletakkampustidakberdekatandengantempat-tempatyang ramaisupayakegiatanbelajartidakterganggu. (efisien)
4.Kohesif
Agar tercipta
hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun dalam
alinea, dan juga hubungan antar alinea yang satu dengan alinea yang
lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubun. seperti
kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.
5.Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
6.Mengutamakan Kalimat PasifSemua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
Contoh:
Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.
Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
7.Konsisten
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.
8.Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensn itu akan menguap.
9.Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
10.Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter.
Sumber : http://ajusniye.multiply.com/journal/item/1
http://akhmadbaijuri.blogspot.com/2010/05/perbedaan-karya-ilmiah-non-ilmiah.html
http://jeff-bhirink.blogspot.com/2010/11/unsur-unsur-kalimat-kalimat-adalah.html